LAPORAN BIOLOGI
ACARA 2
MEMPELAJARI JARINGAN PADA HEWAN DAN TUMBUHAN
NAMA : ALFIAH ISLAMIAH
NIM :
120210101019
KELAS : BIOLOGI DASAR B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN
AJARAN 2012/2013
I.
JUDUL : Mempelajari Jaringan Pada Hewan Dan Tumbuhan
II.
TUJUAN :
1. Mengetahui jaringan penyusun pada hewan
2. mengetahui jaringan penyusun pada tumbuhan
III.
DASAR TEORI:
A.
Jaringan
Tubuh makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) tersusun dari sel-sel yang bentuk dan fungsinya beraneka ragam. Sel-sel penyusun tubuh suatu makhluk hidup tidak selalu sama atau serupa. Beberapa sel yang memiliki bentuk, susunan dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan. Dibawah ini akan dijelaskan jenis jaringan pada hewan dan jenis jaringan pada tumbuhan.
Tubuh makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) tersusun dari sel-sel yang bentuk dan fungsinya beraneka ragam. Sel-sel penyusun tubuh suatu makhluk hidup tidak selalu sama atau serupa. Beberapa sel yang memiliki bentuk, susunan dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan. Dibawah ini akan dijelaskan jenis jaringan pada hewan dan jenis jaringan pada tumbuhan.
1. Jaringan
pada Hewan
Pada hewan terdapat 4 jaringan utama, yaitu jaringan epitel,
jaringan pengikat, jaringan
otot, dan jaringan saraf. (Waluyo, 2010: 38)
a. Jaringan
Epitel
Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi atau
menutup permukaan tubuh, organ tubuh ,rongga tubuh atau permukaan saluran tubuh
hewan.
Jaringan epitel mempunyai fungsi utama berikut ini:
Jaringan epitel mempunyai fungsi utama berikut ini:
1. Menutupi dan melapisi permukaan (misal
kulit)
2. Absorpsi(misal usus)
3. Sekresi(misal sel epitel kelenjar)
4. Sensoris(misal neuroepitel)
5. Kontraktil(misal sel mioepitel)
(Junqueira dan Carneiro. 1987:62)
Berdasarkan bentuk dan susunannya, jaringan epitel
dibedakan menjadi :
a.
Epitel
pipih berlapis tunggal
Antara
lain terdapat pada pembuluh darah, pembuluh limfa, selaput bagian dalam
telinga, kapsula glomerulus pada ginjal. Fungsinya terkait dengan proses difusi
dan filtrasi atau penyaringan.
b.
Epitel
pipih berlapis banyak
Misalnya jaringan
yang melapisi rongga mulut, epidermis, esofagus, vagina, rongga hidung.
Fungsinya terkait dengan proteksi atau perlindungan.
c.
Epitel
kubus berlapis tunggal
Misalnya sel epitel
yang melapisi permukaan dalam lensa mata, permukaan ovary atau indung telur,
saluran nefron ginjal.
d.
Epitel
Kubus Berlapis banyak
Misalnya, epitel
yang membentuk saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.
e.
Epitel
Silindris Berlapis Tunggal
Misalnya, jaringan
yang melapisi permukaan dalam lambung, jonjot usus, kelenjar pencernaan,
saluran pernapasan bagian atas. Fungsinya berhubungan dengan sekresi, adsorbsi
dan proteksi.
f.
Epitel
Silindris Berlapis Banyak
Terdapat pada
saluran ekskresi kelenjar ludah dan kelenjar susu, uretra serta permukaan alat
tubuh yang basah.
g.
Epitel
Silindris Berlapis Banyak Semu (EpitelSilindrisBersilia)
Terdapat pada
saluran ekskresi besar, saluran reproduksi jantan, saluran pernapasan. Fungsi
berhubungan dengan proteksi atau perlindungan, sekresi dan gerakan zat yang
melewati permukaan.
h.
Epitel
Transisional
Merupakan epitel
berlapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan berdasarkan bentuknya. Bila
jaringan menggelembung, bentuknya berubah. Biasanya membrane dasarnya tidak
jelas.
(haryono, 2009:
3-5)
b. Jaringan
Pengikat
Berbeda dengan jaringan epitel, jaringan
pengikat terdiri atas serabut sebagai substansi dasar, sel-sel dan beberapa
cairan ekstraselular (disebut matriks).
Jaringan ikat
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a.
Melekatkan
suatu jaringan ke jaringan yang lain
b.
Menyalut
sebagai saluran dan rongga
c.
Menyalurkan
dan mengangkut bahan dari suatu jaringan
d.
Mengisi
rongga dan celah
e.
Menghasilkan
bahan penangkal(imunitas)
f.
Menunjang
alat dan tubuh
g.
Pelindung
alat lunak
h.
Cadangan
air, elektrolit mineral dan energi
(Waluyo, 2010: 46)
Berdasarkan struktur dan fungsinya
jaringan ikat dibedakan menjadi :
a.
Jaringan ikat longgar
Memiliki ciri sel-selnya jarang dan
sebagian tersusun atas matriks yang mengandung serabut kolagen elastic.
Terdapat disebagian besar tubuh terutama sekitar organ, pembungkus pembuluh
darah dan saraf.Termasuk jaringan ini adalah, fibroblast, sel plasma, makrofag
dan berbagai sel darah putih.
b.
Jaringan ikat padat
Sering
disebut jaringan pengikat serabut putih karena terbuat dari serabut kolagen
yang berwarna putih. Jaringan ini bersifat fleksibel tetapi tidak elastic.
Fungsi jaringan ini adalah menghubungkan
berbagai organ tubuh seperti otot dengan tulang dan tulang dengan
tulang.Terdapat pada selaput urat, selaput pembungkus otot atau fasia, ligament
dan tendon. Fasia adalah jaringan pengikat berbentuk lembaran yang menyelimuti
otot.
c.
Jaringan
lemak
Jaringan lemak terdiri atas sel-sel
lemak, berbentuk bulat atau polygonal
dan dinding selnya tipis. Sel-selnya
kaya rongga sel yang terisi tetes
minyak. Jaringan ini terdapat di seluruh tubuh.
Fungsi dari jaringan lemak antara lain:
1. menyimpan
lemak
2. menyimpan cadangan makanan
3.
mencegah dan melindungi hilangnya panas secara berlebihan.
d.
Jaringan
rawan
Jaringan rawan (cartilago), zat interseluler padat dan
keras disebut matriks. Sel-selnya disebut condrochyte, yang terletak di dalam
rongga-rongga disebut lacunae. Daerah yang tepat berada di luar lacunae disebut
capsule. Rawan merupakan jaringan yang memperkuat tubuh. (Parjatmo. 1999: 32)
e.
Tulang
Terdiri
atas sel-sel tulang atau osteon yang tersimpandalam matriks. Matriksnya
tersusun atas zat perekat kolagen dan endapan garam mineral terutama garam
dapur atau kalsium. Makin bertambah usia hewan atau manusia kadar zat perekat
kolagen makin rendah sedangkan kadar zat kapurnya meningkat sehingga tulang
semakin keras dan kuat. Proses ini disebut kalsifikasi atau pengapuran. (Haryono. 2009: 7)
f.
Jaringan
darah
Jaringan darah mempunyai sifat dan ciri
fisik yang berbeda dengan
jaringan lainnya. Jaringan ini berupa
cairan dengan komponen
utama :
a.
Sel-sel darah atau bagian padat dari
darah. Terdiri dari sel-sel
darah
merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit).
b.
Keeping-keping darah atau trombosit
c.
Cairan darah atau plasma darah yang
memiliki komponen utama
air. (Haryono. 2009: 8)
c. Jaringan
Otot
Jaringan otot
(muscle tissue) terdiri atas sel-sel yang disebut serabut otot, yang mampu
berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan
parallel didalam sitoplasma, serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen
yang terbuat dari protein kontraktil aktin dan myosin. Otot adalah jaringan
yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan, dan kontraksi otot
merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu
hewan yang aktif. (Campbell 2000, 265)
Serabut
otot memiliki elemen kontraktil yang disebut miofibril. Adanya miofibril
menyebabkan serabut otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi. Ada tiga jenis
jaringan otot yaitu:
1.
otot
lurik
Nama lain otot lurik adalah jaringan
otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka
tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis
gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh
sebab itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang. Kontraksi
otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai
dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk
menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras (Anonim 2010).
2.
otot
polos
Otot polos
(smooth muscle), dinamai demikian karena otot ini tidak memilki penampang
berlurik, ditemukan dalam dinding saluran pencernaan, kandung kemih, arteri, dan
organ internal lainnya. Sel-sel itu berbentuk gelendon. Otot polos berkontraksi
lebih lambat dibandingkan dengan otot rangka, tetapi dapat berkontraksi dalam
waktu yang lebih lama. Dikontrol oleh jaringan saraf yang berbeda dari saraf
yang mengontrol oto rangka, otot polos bertanggung jawab atas aktivitas tubuh
tidak sadar , seperti gerakan lambung atau penyempitan arteri (Campbell 2000, 9).
3.
otot
jantung
Otot jantung
adalah unik karena menunjukkan beberapa fitur dari otot rangka dan beberapa
fitur dari otot polos. Sesuai namanya, otot jantung adalah otot yang membentuk
dinding jantung. Otot jantung mirip dengan otot rangka dalam bahwa lurik dan
multinucleate, dan mirip dengan otot polos dalam inti atom adalah pusat
terletak dan banyak sel diperlukan untuk rentang panjang otot. Ini berbeda dari
kedua otot rangka dan otot polos (Anonim 2010).
d. Jaringan
Saraf
Jaringan syaraf tersusun atas sel-sel
saraf atau neuron. Sel saraf terdiri
atas badan sel yang memiliki banyak
cabang.cabang-cabang inilah
yang menghubungkan sel saraf yang satu
dengan sel saraf yang
lainnya sehingga terbentuk jaringan
syaraf.
Ada tiga macam sel syaraf :
a.
Sel syaraf motorik
b.
Sel syaraf sensorik
c.
Sel syaraf penghubung
Jaringan syaraf terdapat di otak, sumsum
tulang belakang dan di urat
syaraf. Sel syaraf mempunyai kemampuan
iritabilitas (kemampuan sel
saraf untuk bereaksi terhadap perubahan
lingkungan) dan
konduktivitas (kemampuan jaringan saraf
membawa impuls-impuls
saraf atau pesan). (Haryono. 2009:6)
2. Jaringan
pada Tumbuhan
Seperti
pada hewan, tubuh tumbuhan pun terdiri dari sel-sel. Sel-sel tersebut akan berkumpul membentuk
jaringan, jaringan akan berkumpul membentuk
organ dan seterusnya sampai membentuk satu tubuh tumbuhan. Di sini akan dibahas
macam-macam jaringan dan organ yang membentuk tubuh tumbuhan.
Berdasarkan umurnya, Jaringan tumbuhan
dapat dibagi menjadi 2 macam
:
1. Jaringan muda
Jaringan muda adalah jaringan yang bisa membelah diri dan berkembang
menjadi bermacam-macam jaringan. Karena sifatnya ini jaringan muda disebut
jaringan meristem. (Waluyo, et al. 2013:7)
Berdasarkan asal terbentuknya, Jaringan
meristem dibedakan menjadi meristem primer dan meristem sekunder.
1. Meristem
Primer
Meristem primer adalah meristem yang berkembang dari sel embrional. Meristem primer terdapat pada ujung batang dan ujung akar. Pertumbuhan primer memungkinkan akar dan batang bertambah panjang. Dengan demikian tumbuhan bertambah tinggi.
Meristem primer adalah meristem yang berkembang dari sel embrional. Meristem primer terdapat pada ujung batang dan ujung akar. Pertumbuhan primer memungkinkan akar dan batang bertambah panjang. Dengan demikian tumbuhan bertambah tinggi.
2. Meristem
Sekunder
Meristem sekunder adalah meristem yang berkembang dari jaringan permanen yang telah mengalami deferensiasi dan spesialisasi (sudah terhenti pertumbuhannya) tetapi menjadi embrional kembali. Contoh meristem sekunder adalah kambium gabus yang terbentuk dari parenkim dan kolenkim. (Waluyo. 2010:67)
Meristem sekunder adalah meristem yang berkembang dari jaringan permanen yang telah mengalami deferensiasi dan spesialisasi (sudah terhenti pertumbuhannya) tetapi menjadi embrional kembali. Contoh meristem sekunder adalah kambium gabus yang terbentuk dari parenkim dan kolenkim. (Waluyo. 2010:67)
Berdasarkan letaknya jaringan meristem
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1.
Meristem apical
Meristem apikal adalah
meristem yang terdapat pada ujung akar dan pada ujung batang. Meristem apikal
selalu menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang.Pertumbuhan memanjang
akibat aktivitas meristem apikal disebut pertumbuhan primer. Jaringan yang
terbentuk dari meristem apikal disebut jaringan primer.
2.
Meristem interkalar
Meristem interkalar atau
meristem antara adalah meristem yang terletak diantara jaringan meristem primer
dan jaringan dewasa. Contoh tumbuhan yang memiliki meristem interkalar adalah
batang rumput-rumputan (Graminae). Pertumbuhan sel meristem
interkalar menyebabkan pemanjangan batang lebih cepat, sebelum tumbuhnya bunga.
3. Meristem
lateral.
Meristem lateral atau meristem samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan skunder. Pertumbuhan skunder adalah proses pertumbuhan yang menyebabkan bertambah besarnya akar dan batang tumbuhan. Meristem lateral disebut juga sebagai kambium. Kambium terbentuk dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan batang dan membentuk jaringan skunder pada bidang yang sejajar dengan akar dan batang.
Meristem lateral atau meristem samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan skunder. Pertumbuhan skunder adalah proses pertumbuhan yang menyebabkan bertambah besarnya akar dan batang tumbuhan. Meristem lateral disebut juga sebagai kambium. Kambium terbentuk dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan batang dan membentuk jaringan skunder pada bidang yang sejajar dengan akar dan batang.
2. Jaringan dewasa
Jaringan dewasa adalah jaringan yang
sudah berhenti membelah.
Jaringan dewasa dapat dibagi menjadi beberapa macam :
Jaringan dewasa dapat dibagi menjadi beberapa macam :
1. Jaringan
Epidermis
Jaringan
yang letaknya paling luar, menutupi permukaan tubuh tumbuhan. Bentuk jaringan
epidermis bermacam-macam. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan
sekunder, akar dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis.
Fungsi jaringan epidermis untuk melindungi jaringan di sebelah dalamnya.
2.
Jaringan Parenkim
Jaringan Parenkim atau sering pula disebut
jaringan dasar (“ground tissue”), merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari
sel-sel hidup dengan struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan
masih melakukan segala kegiatan proses fisiologis. Walaupun struktur morfologi
dan fisiologinya bermacam-macam kan tetapi pada umumnya dapat dinyatakan bahwa
parenkim memiliki sifat-sifat yang sama.( Sutrian. 1992:123)
Berdasarkan fungsinya jaringan
parenkim dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:
1.
Parenkim
asimilasi (klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil dan
berfungsi untuk fotosintesis.
2.
Parenkim
penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan makanan yang berbeda
sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan di dalam
sitoplasma.
3.
Parenkim
air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya terdapat pada
tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen.
4.
Parenkim
udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena
mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan
daun tumbuhan hidrofit.
3.
Jaringan Penguat/Penyokong
Nama lainnya stereon. Fungsinya untuk menguatkan bagian tubuh tumbuhan. Terdiri dari kolenkim dan sklerenkim.
Nama lainnya stereon. Fungsinya untuk menguatkan bagian tubuh tumbuhan. Terdiri dari kolenkim dan sklerenkim.
1.
Kolenkim
Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri dari senyawa selulosa merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda atau bagian tubuh tumbuhan yang lunak.
Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri dari senyawa selulosa merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda atau bagian tubuh tumbuhan yang lunak.
2.
Sklerenkim
Selain mengandung selulosa dinding sel, jaringan sklerenkim mengandung senyawa lignin, sehingga sel-selnya menjadi kuat dan keras. Sklerenkim terdiri dari dua macam yaitu serabut/serat dan sklereid atau sel batu. Batok kelapa adalah contoh yang baik dari bagian tubuh tumbuhan yang mengandung serabut dan sklereid.
Selain mengandung selulosa dinding sel, jaringan sklerenkim mengandung senyawa lignin, sehingga sel-selnya menjadi kuat dan keras. Sklerenkim terdiri dari dua macam yaitu serabut/serat dan sklereid atau sel batu. Batok kelapa adalah contoh yang baik dari bagian tubuh tumbuhan yang mengandung serabut dan sklereid.
4. Jaringan Pengangkut
Jaringan
pengangkut bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Ada 2
macam jaringan; yakni xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh
lapis/pembuluh kulit kayu
1.
Xilem
bertugas mengangkut air dan garam-garam mineral terlarut dari akar ke seluruh
bagian tubuh tumbuhan. Xilem ada 2 macam: trakea dan trakeid.
2.
Floem
bertugas mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh
tumbuhan.
5. Jaringan Gabus
Fungsi
jaringan gabus adalah untuk melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan
banyak air, mengingat sel-sel gabus yang bersifat kedap air. Pada Dikotil,
jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen, pembentukan jaringan
gabus ke arah dalam berupa sel-sel hidup
disebut feloderm, ke arah luar berupa sel-sel mati yang disebut felem. (Utomo. 1999:
4-5)
IV.
METODOLOGI PENELITIAN :
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
2. Bahan
a. Preparat awetan jaringan ikat dan otot (jaringan hewan)
b. Preparat awetan penampang melintang akar, batang, dan
daun (jaringan tumbuhan)
B. Cara Kerja
1. Pengamatan Jaringan Hewan
Preparat diamati di
bawah mikroskop
|
Bagian preparat yang
terlihat digambar dan diberi keterangan
|
Struktur/bentuk sel diamati
|
2. Pengamatan Jaringan Tumbuhan
Preparat penampang
melintang bahan (akar, batang, dan daun) diletakkan di bawah mikroskop
|
Preparat diamati di
bawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat
|
bagian yang terlihat digambar dan diberi
keterangan
|
V.
HASIL PENGAMATAN:
Tabel pengamatan
jaringan pada hewan dan tumbuhan
No
|
Gambar Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Jaringan Batang Ficus Elastica
|
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
Perbesaran: 40x
|
2.
|
Jaringan Otot Jantung
|
1. Inti sel
2. Sitoplasma
3. Membran sel
Perbesaran: 400x
|
3.
|
Jaringan Ikat Padat Teratur
|
1. Ruang antar sel
2. Inti sel
3. Membran sel
Perbesaran: 400x
|
4.
|
Jaringan Daun Bayam
|
1. Epidermis
2. Jaringan palisade
3. Jaringan bunga karang
4. Berkas pengangkut
5. Epidermis bawah
Perbesaran: 400x
|
5.
|
Jaringan Akar Dikotil (Arachis Hypogea)
|
1. Epidermis
2. Korteks
3. Floem
4. Xilem
5. Kambium
Perbesaran: 40x
|
6.
|
Jaringan Otot Lurik
|
Perbesaran: 40x
|
7.
|
Jaringan Daun Jagung
|
1. Epidermis
2. Korteks
3. Jaringan pengangkut
4. Xilem
5. Floem
6. Spons
7. Stomata
Perbesaran: 40x
|
8.
|
Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur
|
Perbesaran: 40x
|
9.
|
Jaringan Batang Jagung
|
1. Epidermis
2. Korteks
3. Berkas pengangkut
Perbesaran: 100x
|
10.
|
Jaringan Otot Polos
|
Perbesaran: 40x
|
11.
|
Jaringan Ikat Kendor
|
1. Kolagen
2. Fibrosa
Perbesaran: 100x
|
12.
|
Jaringan Akar Jagung
|
1. Epidermis
2. Berkas pengangkut
Perbesaran: 100x
|
VI.
PEMBAHASAN :
Pada
praktikum yang berjudul “Mempelajari Jaringan Pada Hewan Dan Tumbuhan” ini,
kami mengamati 12 preparat awetan yang terdiri dari 6 preparat awetan pada
jaringan hewan dan 6 preparat awetan pada jaringan tumbuhan. Untuk mempermudah
dalam pembahasan maupun pemahaman, saya akan membahas hasil pengamatan preparat
awetan hewan terlebih dahulu.
Yang
pertama mengenai jaringan otot, pada pengamatan ini kita mengamati struktur
histologi otot lurik. Pada sepanjang
otot lurik ini terdapat daerah terang dan daerah gelap sehingga disebut otot
lurik. Otot ini melekat pada rangka sehingga juga disebut sebagai otot rangka, seperti otot pada lengan
manusia. Struktur histologi otot lurik berbentuk memanjang dan agak silindris,
otot ini bekerja dibawah kesadaran manusia atau dalam kata lain aktifitasnya
dapat dikontrol sehingga memiliki banyak inti di bagian tepi, intinya berbentuk
agak lonjong. Karena pada pengamatan perbesarannya hanya 40x sehingga tidak
nampak jelas inti dari otot lurik ini.
Pengamatan
yang menggunakan preparat awetan jaringan otot polos ini menunjukkan bahwa otot
polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati di
bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Sel otot polos
berbentuk gelendong dan memilki ujung yang agak lancip. Terdapat satu inti yang
berbentuk lonjong. Otot polos ini biasanya terdapat di organ dalam hewan
seperti pada pencernaan.
Selanjutnya
kita mengamati struktur histologi otot jantung dengan menggunakan preparat
awetan jaringan otot jantung. Sesuai namanya, otot jantung adalah otot yang
membentuk dinding jantung. Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah
dinding jantung. Jaringan otot jantung berbentuk silindris memanjang serta
memiliki percabangan yang membedakannya dengan otot-otot yang lain. Jumlah
percabangan pada otot jantung yang banyak menyebabkan otot jantung tampak
bertumpuk-tumpuk sehingga percabangan itu tidak tampak jelas. Inti sel jantung
terletak di bagian tengah. Otot jantung bekerja secara tidak sadar (involunter)
sehingga lambat terhadap rangsang namun memilki keistimewaan yaitu tidak mudah
lelah. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.
Yang
kedua mengenai jaringan ikat, pada pengamatan ini diamati jaringan ikat
padat teratur , jaringan ikat padat tidak teratur dan jaringan ikat longgar. Perbesaran yang digunakan untuk
mengamati preparat awetan jaringan ikat padat teratur adalah sebesar 400x.
Karena perbesarannya yang cukup besar, kami dapat membedakan beberapa bagian
dari jaringan ikat padat teratur ini. Bagian-bagiannya yaitu ruang antar sel, inti sel dan
membrane sel. Yang tampak jelas adalah serabut-serabutnya yang teratur. Bentuk
jaringan ini seperti tendon yang berfungsi sebagai tempat perlekatan otot dan
tulang serta sebagai tempat persendian.
Hasil
pengamatan preparat awetan jaringan ikat padat tidak teratur ini menunjukkan serabut-serabut yang letaknya tidak
beraturan. Oleh
karena itu jaringan ini disebut jaringan padat tidak teratur. Untuk
bagian-bagian jaringan ikat padat tidak teratur
tidak terlihat jelas karena perbesarannya hanya 40x tetapi berdasarkan
sumber yang saya dapatkan, pada jaringan ikat padat tidak teratur terdapat bagian-bagian berupa
makrofag, serabut kolagen, fibrosit, dan jaringan adipose. Makrofag yang fungsi dan
lokasinya mempengaruhi
bentuknya. Sel-sel
fibrosit yang berfungsi dalam aktivitas
fibroblast dalam mengsekresi protein tampak seperti bulan sabit denga inti
bulat telur, besar, kromatin halus, nucleus, dengan tonjolan sitoplasma yang
tidak teratur.
Bagian
yang teramati pada preparat awetan jaringan ikat longgar ini adalah kolagen dan
fibrosa. Jika diamati di bawah mikroskop tampak jelas perbedaan jaringan ikat
padat dan longgar yaitu pada serabut-serabutnya. Pada jaringan ikat longgar ini
serabutnya jarang sedangkan pada jaringan ikat padat serabutnya
bertumpuk-tumpuk. Jaringan ikat terdapat hampir semua bagian mikroskopik tubuh
karena merupakan materi pembungkus. Fungsi utamanya mengikat jaringan tubuh
agar bersatu dan sekaligus memungkinkan gerakan diantara mereka.
Selanjutnya
adalah hasil pengamatan preparat awetan pada jaringan tumbuhan. Jaringan
pertama yang akan dibahas adalah daun. Daun merupakan tempat fotosintesis. Tidak hanya sebagai
tempat fotosintesis, daun juga berfungsi untuk transpirasi (penguapan air) dan
respirasi (pernapasan). Bila kita mengamati preparat awetan daun Zea mays, maka akan kita jumpai bagian-bagian penyusun struktur
anatomi daun yang sesuai dengan fungsi daun tersebut. Pengamatan
preparat awetan daun Zea
mays ini dilakukan
di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x. Antara
epidermis dan penyusun jaringan mesofil terlihat sangat jelas
sehingga dapat dibedakan bagian-bagiannya Pada daun monokotil ini kami dapat
menemukan
jaringan epidermis, korteks, jaringan pengangkut,
xilem, floem, jaringan spon, dan stomata.
Permukaan daun bagian atas memiliki
selapis jaringan pelindung (jaringan epidermis) yang tidak mengandung klorofil.
Pada lapisan epidermis ini terdiri atas sel-sel berukuran besar yang rapat
dengan dinding sel yang tebal, serta tidak ditemukan adanya stomata. Lapisan
epidermis bagian atas memiliki penebalan lapisan lilin atau semacam kutikula
sebagai pelidung kedap air. Stomata hanya ditemukan tersebar pada permukaan
daun bagian bawah. Penyusun jaringan mesofil pada daun Zea mays memiliki fungsi masing-masing
yang jelas. Misalnya xilem yang berfungsi menyalurkan air dan garam mineral ke
seluruh tubuh tumbuhan. Sedangkan floem menyalurkan hasil fotosintesis juga ke
seluruh tubuh tumbuhan.
Preparat
awetan jaringan daun yang kedua adalah preparat awetan jaringan daun bayam. Sama
halnya dengan pengamatan preparat awetan daun Zea mays, pengamatan daun bayampun tampak jelas sehingga kami dapat
membedakan bagian-bagiannya. Pada
pengamatan daun bayam yang dilakukan
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x,
dapat kami temukan jaringan epidermis bagian atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang, berkas
pengangkut, dan jaringan
epidermis bagian bawah. Yang
membedakan antara daun monokotil dan dikotil adalah adanya jaringan palisade.
Jaringan kedua pada tumbuhan yang akan
dibahas adalah jaringan batang yaitu batang Zea mays dan Ficus elastica. Pada preparat awetan batang monokotil Zea mays digunakan perbesaran 100x. Pada awetan tersebut terdapat epidermis yang letaknya ada pada lapisan
terluar pada sel batang jagung. Epidermis
pada batang monokotil terdiri dari selapis sel,
fungsi epidermis pada batang monokotil ialah untuk
melindugi jaringan-jarigan yang ada didalam
dan untuk menjaga agar tumbuhan tersebut tidak kehilangan air.
Selain
jaringan epidermis, jaringan
yang teramati ialah korteks.
Korteks pada monokotil merupakan
lapisan pada batang yang dekat dengan epidermis berfungsi untuk menguatkan
batang tumbuhan tersebut. Setelah korteks lapisan berikutnya ialah stele,
tumbuhan monokoil tidak mempunyai batas yang jelas antara
korteks dan stele. Selain itu pada stele terdapat berkas pengangkut,
tipe berkas pengangkut pada tumbuhan monokotil dinamakan
koleteral tertutup sebab diatara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Akibatnya ialah tumbuhan monokotil tidak dapat melakukan
pertumbuhan secara sekunder. Dari hasil yang kami amati, berkas
pengangkut tersebar diseluruh
empulur.
Preparat
awetan yang kedua tentang jaringan batang adalah preparat awetan Ficus elastica. Pada hasil pengamatan
didapatkan bagian-bagiannya yaitu epidermis, korteks, dan endodermis. Fungsi
epidermis dan korteks pada tumbuhan monokotil ataupun dikotil sama. Yang
membedakan adalah srukturnya, maksudnya tumbuhan dikotil mempunyai batas yang
jelas antara korteks dan stele. Selain itu tipe berkas pengangkut monokotil dan
dikotil berbeda.
Jaringan
tumbuhan ketiga yang diamati adalah jaringan akar. Preparat awetan untuk monokotil ialah Zea mays, sedangkan untuk tumbuhan
dikotil ialah Arachis hypogea. Pada
akar monokotil dan dikotil terdapat beberapa jaringan diantaranya epidermis
akar yang tersusun atas selapis sel,
dinding sel epidermis tipis dan biasanya terdapat kutikula. Jaringan
selanjutnya ialah korteks,korteks dibangun oleh sel-sel parenkim yang berdindig
tipis, sel tersebut tidak tersusun secara rapat sehingga memudahkan air dan garam
mineral bergerak melalui korteks, sel-sel korteks mengandung butir-butir pati
sehingga fungsinya dikaitkan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.
Jaringan selanjutnya ialah endodermis, endodermis ialah selapis sel yang
membatasi korteks dan stele akan tetapi pada tumbuhan monokotil tidak jelas
perbatasan antara korteks dan stele. Endodermis ini berfungsi mengatur masuknya
garam-garam mineral ke stele. Stele terdiri dari jaringan pembuluh dan jaringan
penunjang, bagian yang paling utama ialah berupa jaringan pembuluh yaitu xylem
dan floem. Pada akar dikotil (Arachis
hypogea) floem dan xylem membentuk bintang sedangkan pada akar monokotil (Zea mays) floem dan xylem menyebar. Ini
terbukti pada hasil pengamatan.
Dari pembahasan
di atas dan hasil browsing, dapat kita ketahui beberapa perbedaan antara
jaringan hewan dan jaringan tumbuhan:
1.
Jaringan
pada tumbuhan dapat memiliki fungsi spesifik misal xylem dan floem sedangkan
pada hewan tidak.
2.
Jaringan
struktural pada hewan menggunakan mineral kalsium (proses kalsifikasi/pengapuran) sedangkan jaringan struktural
pada tumbuhan menggunakan lignin.
3. Tidak terdapat jaringan pada tumbuhan
yang analog
dengan jaringan saraf pada hewan.
4.
Pada hewan terdapat jaringan-jaringan pembentuk organ pencernaan untuk memecah makromolekul menjadi
monomer-monomernya,
kebalikannya pada tumbuhan terdapat jaringan mesofil daun yang membentuk
makromolekul dari molekul-molekul
sederhana yang diperoleh
dari akar (misal air, zat-zat hara) dan udara (CO2).
VII.
KESIMPULAN :
1. Jaringan penyusun pada hewan terdapat 4 jaringan utama, yaitu jaringan epitel,
jaringan pengikat,
jaringan otot, dan jaringan
saraf.
2. Jaringan penyusun pada tumbuhan yaitu jaringan meristem,
jaringan kolenkim, jaringan sklerenkim, dan jaringan pengangkut.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
N. A. Reeca. Jane B. Mitchell. Lawrence G. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid
III. Erlangga. Jakarta.
Haryono, setyo. 2009. Modul biologi
jaringan hewan. Semarang: Universitas negeri semarang.
Junqueira luis C. dan
Carneiro jose. 1991. Histologi Dasar Edisi 3. Jakarta: EGC.
Parjatmo, widjoyo.
1999. Materi Pokok 2 Mengenal Jaringan Hewan. Jember: Universitas terbuka.
Sutrian, yayan.
1992. Pengantar Anatomi tumbuh-tumbuhan
tentang sel dan jaringan. Jakarta: Rineka Cipta.
Utomo, Ibnu B.
1999. Materi Pokok 7 Jaringan. Jember: Universitas Terbuka.
Waluyo, joko. 2010.
Biologi Umum. Jember: Universitas
Jember.